Ibrani 12:11 (TB) Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai kepada mereka yang dilatih olehnya.
Saudara pernahkan mendengar kalimat "Tuhan memang mengampuni setiap dosa dan pelanggaran, tapi setiap konsekuensi dari dosa dan pelanggaran tetap harus ditanggung." Kok kesannya pengampunan Tuhan tidak tulus ya? Benarkah demikian?
Tentu saja tidak benar saudara, Tuhan mengampuni kita itu tulus, bahkan sampai rela mengorbankan nyawa-Nya, menerima pukulan dan cambukan yang secara manusia normal saja belum tentu sanggup menerimanya. Tapi konsekuensi dosa tetap harus kita tanggung. Sebagai contoh apa yang dialami oleh Raja Daud yang harus menerima konsekuensi sehubungan dengan perkara Uria (2 Samuel 12) seperti tertulis dalam:
2 Samuel 12:10 (TB) Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu.
Daud dikhianati bahkan sempat terusir dari istana karena pemberontakan yang dilakukan Absalom, kehilangan anak-anaknya karena saling membunuh, dipermalukan dan diolok-olok di depan orang banya. Tetapi Daud sangat menyadari bahwa dosa yang dia lakukan sangat fatal karena sudah melanggar 10 Perintah Tuhan dengan mengingini milik orang lain, berzinah, dan membunuh, konsekuensi dari dosanya bisa saja membuat dia tertolak seperti Saul jika dia tidak sungguh hati bertobat. Ratapan Daud tertulis dalam:
Mazmur 51:12-15 TB Jadikanlah hatiku tahir, ya Allah, dan perbaharuilah batinku dengan roh yang teguh! Janganlah membuang aku dari hadapan-Mu, dan janganlah mengambil roh-Mu yang kudus dari padaku! Bangkitkanlah kembali padaku kegirangan karena selamat yang dari pada-Mu, dan lengkapilah aku dengan roh yang rela! Maka aku akan mengajarkan jalan-Mu kepada orang-orang yang melakukan pelanggaran, supaya orang-orang berdosa berbalik kepada-Mu.
Setiap peristiwa yang Daud jalani dari sejak masih belia hingga dia lanjut usia bersama Tuhan menjadikannya semakin mengenal dan mengasihi Tuhan secara penuh sebagai Pribadi yang penuh Kasih, Setia, Murah Hati, Panjang Sabar, Pemaaf, Disiplin, Tegas, dan Adil, yang juga menginginkan kesetiaan dan penghormatan dari umat-Nya. Dan juga menjadikan Daud memiliki hati yang tulus, mudah bertobat dan rela merendahkan diri di kaki Tuhan. Daud juga menuliskan banyak mazmur pujian bahkan dia berkata kepada Salomo:
1 Tawarikh 28:9 (TB) Dan engkau anakku Salomo, kenallah Allahnya ayahmu dan beribadahlah kepada-Nya dengan tulus ikhlas dan dengan rela hati, sebab TUHAN menyelidiki segala hati dan mengerti segala niat dan cita-cita. Jika engkau mencari Dia, maka Ia berkenan ditemui olehmu, tetapi jika engkau meninggalkan Dia maka Ia akan membuang engkau untuk selamanya.
Dan sadarkah saudara bahwa Tuhan Yesus terlahir sebagai keturunan Raja Daud dan menaklukkan segala kutuk. Hal ini pun menunjukkan bahwa setiap ganjaran yang Tuhan ijinkan umat-Nya terima sebagai konsekuensi dosa sesungguhnya tidak sepenuhnya ditanggungkan pada umat-Nya yang mau menerima ganjaran disiplin dan hidup dalam pertobatan. Mengapa? Karena sesungguhnya upah dosa adalah maut dan tidak seorang pun bisa membayar lunas harga tebusan akibat dosa, itulah sebabnya Tuhan Yesus sendiri datang ke dunia untuk melunasi setiap tuntutan dari dosa yang tidak pernah bisa dilunasi oleh manusia.
1 Petrus 2:24 TB “Ia sendiri telah memikul dosa kita di dalam tubuh-Nya di kayu salib, supaya kita, yang telah mati terhadap dosa, hidup untuk kebenaran. Oleh bilur-bilur-Nya kamu telah sembuh.”
Ganjaran yang Tuhan ijinkan untuk kita terima sifatnya adalah sebuah proses pendisiplinan yang bertujuan untuk memberikan kita pengertian untuk tidak memandang remeh dosa, melainkan hidup kita ini harus dipergunakan untuk berusaha sungguh-sungguh untuk mengenal Tuhan yang telah membayar lunas nyawa kita, dengan mempersembahkan tubuh kita sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Bapa. inilah yang Rasul Paulus katakan sebagai ganjaran pada awalnya mendatangkan dukacita tapi kemudian menghasilkan buah kebenaran.Inilah yang dinamakan hidup untuk kebenaran, yaitu ibadah kita yang sejati, yang pada akhirnya akan memberi kita damai sejahtera yang melampaui segala akal bagi kita. Dan inilah yang Rasul Paulus katakan sebagai ganjaran pada awalnya mendatangkan dukacita tapi kemudian menghasilkan buah kebenaran.
Hosea 6: 1-3 "Mari, kita akan berbalik kepada TUHAN, sebab Dialah yang telah menerkam dan yang akan menyembuhkan kita, yang telah memukul dan yang akan membalut kita. Ia akan menghidupkan kita sesudah dua hari, pada hari yang ketiga Ia akan membangkitkan kita, dan kita akan hidup di hadapan-Nya. Marilah kita mengenal dan berusaha sungguh-sungguh mengenal TUHAN; Ia pasti muncul seperti fajar, Ia akan datang kepada kita seperti hujan, seperti hujan pada akhir musim yang mengairi bumi."
Tuhan Yesus memberkati.

Yohanes 14:27(TB) Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu.
Saudara-saudara, damai sejahtera bukan hasil usaha kita, tetapi Firman di atas jelas mengatakan itu pemberian Tuhan, artinya dunia tidak bisa memberi kita damai sejahtera, dan tidak ada sumber yang lain selain Tuhan Yesus yang adalah Kristus, Sang Raja Damai. Jadi damai sejahtera tidak bisa dicari dan didapatkan melalui sesama manusia, harta, status sosial, atau pun jabatan.
Pernah tidak saudara melihat justru orang yang banyak hartanya malah hidupnya tidak tenang, karena bingung dimana dia harus menyimpan hartanya dan takut jika hartanya sampai dicuri. Atau ketika diperhadapkan dengan masalah membayar pajak, sekali pun banyak hartanya, tapi karena tidak mau rugi maka berusaha untuk mengurangi kewajiban pajak dengan melakukan pembukuan ganda, sehingga laporan kepada pemerintah bukanlah keuntungan yang sesungguhnya atau bahkan melaporkan bahwa usahanya mengalami kerugian. Perbuatan kebenarankah semua ini saudara? Padahal Firman Tuhan mengajarkan untuk kita membayar kepada pemerintah apa yang menjadi kewajiban kita. Dan damai sejahtera justru menjauh karena sekarang orang tersebut harus berhati-hati jangan sampai ia ketahuan berbohong.
Atau mungkin ketika saudara menghadapi masalah, saudara mencari hamba Tuhan ataupun orang pinter, yang akhirnya bukan jalan keluar dari masalah yang saudara dapatkan, malah semakin besar masalahnya sampai-sampai saudara merasa kecewa. Akhirnya mengeluh "kok aku sudah datang kepada hamba Tuhan tapi malah begini?", dan mempersalahkan Tuhan. Kalau sudah begini siapa yang salah saudara?
Firman Tuhan berkata carilah dahulu Kerajaan dan Kebenaran-Nya maka semua akan ditambahkan kepadamu, dan juga:
Yesaya 32:17(TB) Di mana ada kebenaran disitu akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya.
Apa kebenaran menurut saudara? Kebenaran hanya satu, yaitu Yesus Kristus Tuhan yang adalah Firman itu sendiri. Jadi dimana perintah-perintah Tuhan diindahkan dan dijadikan standar dan gaya hidup, disitulah kebenaran itu bisa dikatakan ada dan tertanam sehingga damai sejahtera bisa tumbuh, dan pada akhirnya kita akan memiliki ketenangan, dan ketentraman. Jadi bukan karena saudara punya segalanya atau memiliki harta dunia bahkan punya status yang diakui dunia, tetapi harus ada kebenaran dimana saudara mau damai tersebut tumbuh.
Ketika apapun yang saudara kerjakan , lakukan atau pikirkan ada di dalam kebenaran firman-Nya, saudara akan memperoleh damai sejahtera, tidak ada kegelisahan atau ketakutan melainkan saudara akan dibuat tenang dan tentram, selama-lamanya, dan semua itu saudara tidak akan benar-benar dapatkan dari dunia ini. Mungkin kita seolah mendapat kesukaan, damai, kebahagiaan dari hiburan, teman, ataupun benda-benda di dunia ini, tetapi itu semua hanya semu dan bukan yang sejati. Karena sumber DAMAI YANG SEJATI nya hanya satu yaitu Firman yang adalah Kebenaran yaitu Yesus Kristus Tuhan, HaleluYa.
Tuhan Yesus memberkati.
- 31 Des 2024

Lukas 21:19(TB) Dengan kesabaranmu, kamu akan memperoleh jiwamu.
Sebentar lagi kita akan memasuki tahun 2025 saudara, dan kita semuanya masih tekun menantikan kedatangan Tuhan untuk yang kedua kalinya, kadang tidak sabar rasanya apalagi jika melihat masa sekarang yang semakin sulit bukan?
"Sabar" adalah kata yang mudah diucapkan tetapi tidak mudah untuk dihidupi, tetapi sebagai orang percaya, kita harus sabar ketika diproses dan mengalami ujian dalam menanti janji Tuhan agar kita dapat menghasilkan kesabaran sebagai buah yang tetap. Seperti Ayub yang adalah seorang yang hidupnya jauh dari kejahatan bahkan seorang yang dikatakan saleh, namun Ayub tidak luput dari pencobaan. Ia harus kehilangan anak-anak lelaki dan perempuannya, harta bendanya, dan sekalipun ia berduka tetapi Ayub tetap taat dan memuliakan Tuhan:
Ayub 1:20-21(TB) “Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: ”Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. Tuhan yang memberi, Tuhan yang mengambil, terpujilah nama Tuhan!” Tidak sampai disitu saudara-saudara, Ayub dicoba lebih lagi, Ia ditimpa barah sekujur tubuhnya sampai teman-temannya tidak lagi mengenal rupanya bahkan istrinya tidak lagi mendukung dalam kesusahannya, malah istrinya mengolok-ngolok Ayub dan mengutuki kematiannya:
Ayub 2:9(TB) “Maka berkatalah isterinya kepadanya: ”Masih bertekunkah engkau dalam kesalehanmu? Kutukilah Allahmu dan matilah!””Tetapi Ayub tetap sabar dan menyesali perkataan-perkataannya dan dari penderitaannya, Ia semakin mengenal Tuhan secara pribadi:
Ayub 42:5(TB) “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau.”Bahkan Tuhan menyatakan bahwa Ayub tidak berbuat dosa:
Ayub 1:22(TB) “Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.”Sabarnya Ayub mengantarnya kepada suatu pemulihan yang luar biasa, Ia bahkan mendapatkan kembali apa yang sudah hilang selama masa-masa pencobaan, dan yang paling penting dalam hidupnya, Ayub tidak kehilangan jiwanya karena dalam penderitaannya ia tetap memuliakan Tuhan, Haleluyah!
Bagaimana dengan saudara? Bagaimana cara kita menghadapi kesulitan hidup dalam keseharian kita? Apakah tetap dengan sabar dan bersandar kepada Tuhan dan Firman-Nya ? Saya percaya ketika saudara-saudara tetap setia kepada Tuhan dan sabar dalam menghadapi pencobaan-pencobaan dalam hidup kita, kita akan memperoleh keselamatan jiwa kita.
Lebih lanjut lagi, Rasul Paulus pun memberikan nasihat serupa dalam menghadapi orang lain:
2Timotius2:24-26(TB) sedangkan seorang hamba Tuhan tidak boleh bertengkar, tetapi harus ramah terhadap semua orang. Ia harus cakap mengajar, sabar, dan dengan lemah lembut dapat menuntun orang yang suka melawan, sebab mungkin Tuhan memberikan kesempatan kepada mereka untuk bertobat dan memimpin mereka sehingga mereka mengenal kebenaran, dan dengan demikian mereka menjadi sadar kembali, karena terlepas dari jerat Iblis yang telah mengikat mereka pada kehendaknya.Luar biasa saudara, bukan hanya keselamatan jiwa kita, tetapi sabar juga dapat saja menyelamatkan jiwa orang lain. Seperti Ayub yang sabar terhadap istri dan teman-temannya sehingga Ia dapat memohonkan ampun bagi mereka dan menghindarkan mereka dari kebinasaan. Sungguh tidak mudah ya saudara? Tetapi mari kita belajar untuk memanifestasikan kesabaran dalam kehidupan sehari-hari karena Kasih itu sabar, Amin akan ada orang-orang yang diselamatkan melalui kesabaran kita.
Saya berdoa saudara-saudara dan saya diberi kemampuan dan kekuatan untuk sabar menjalani berbagai-bagai keadaan dalam hidup ini dan juga dengan sabar sambil tetap menanti kedatangan-Nya Amiiin, Tuhan Yesus memberkati.
