top of page
Logo ToPS outline PUTIH.png

HAI SION, ELOHIMMU ITU RAJA!

"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik"

Setiap renungan yang tertulis disini adalah sebuah catatan cinta dari Tuhan (Love Notes), sebuah kesaksian bahwa Roh Kudus masih terus menopang dan mengajar anak-anak-Nya baik di masa lalu, maupun masa sekarang dan seterusnya.

  • 10 Sep 2024


Siapa diantara kita yang tidak pernah mengalami masa kesesakan atau masa sulit atau masa sukar dalam hidupnya? Saya rasa setiap dari kita pasti pernah mengalaminya atau mungkin di saat sedang membaca renungan ini, saudara sedang berada dalam masa-masa ini.


Apakah kesulitan itu adalah suatu hal yang perlu ditakuti?


Sebagai anak-anak Tuhan kita seharusnya tidak perlu takut dalam menghadapi masa kesukaran dalam hidup kita, sebaliknya kita harus menghadapinya, karena kita tahu bahwa setiap masa dalam hidup kita berada dalam kuasa dan kedaulatan Tuhan asal kita berjalan Bersama DIA.


Lalu mengapa ketika kita diijinkan Tuhan berada didalam kesesakan kita kadang  menjadi orang yang tidak mengalami kemenangan ?


Amsal 24:10 Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu.

Amsal mengingatkan kepada kita bahwa di dalam kesesakan kita jangan menjadi orang yang tawar hati. Tetapi apa sih yang dimaksud dengan tawar hati?

Tawar hati bisa berarti:

  • Melemah,

  • Gagal,

  • Sendirian,

  • Ceroboh,

  • Berhenti,

  • Abai,

  • Malas,

  • (seperti)Terjatuh,

  • (seperti)Tenggelam,

  • Kehilangan semangat,

  • Kurang antusias,

  • Cenderung pasif,

  • Tidak peduli dengan situasi yang dihadapi,

  • Kecut,

  • Patah hati,

  • Cemas,

  • Putus asa,

  • Ketakutan,

  • dan bisa berarti Hancur.


Dari definisi tawar hati ini kita bisa dengan lebih jelas mengerti bahwa tawar hati bukan hanya sekedar tidak adanya rasa seperti teh botol tawar, tetapi memiliki arti yang luas, dan jika itu ada di dalam diri kita maka besar kemungkinan kita akan mengalami kekalahan di masa kesesakan.


Ketika dua belas pengintai yang ditugaskan oleh Musa untuk mengintai tanah Kanaan, sepuluh orang memberikan informasi tentang apa yang mereka lihat disana, baik keadaan tentang kelimpahan susu dan madunya dan juga tentang orang-orang yang berdiam disana, dan informasi yang diberikan tidaklah salah, hanya RESPON merekalah yang membuat HATI Bangsa Israel menjadi tawar , berbeda dengan Kaleb dan Yosua, kedua orang ini melihat hal dan fakta yang sama tetapi RESPON mereka berbeda, mereka menyampaikan dengan cara pandang yang berbeda. Dan inilah yang menentukan masa depan mereka: Bangsa Israel harus memasuki masa padang gurun untuk kembali dimurnikan sampai terjadi pergantian generasi, barulah mereka bisa menduduki tanah Kanaan, tetapi Kaleb dan Yosua dapat bertahan dan masuk ke tanah yang dijanjikan Tuhan, dan bahkan dengan perkasa mengalami kemenangan demi kemenangan.


Inilah yang akan membedakan anak-anak Tuhan dengan anak-anak dunia ketika Tuhan ijinkan kita mengalami masa kesesakan, apakah kita akan tetap teguh setia berpegang pada Firman-Nya dan janji-Nya, atau memilih ikut kata dunia? Apakah kita akan memilih tenang dan berdoa atau mencari hiburan sepanjang hari di media sosial? Apakah kita akan memilih bertahan dengan setia mengandalkan Tuhan atau meninggalkan gereja dan ibadah kita?


RESPON dan cara pandang kita dalam menghadapi kesesakan harus berbeda dengan orang dunia. Jika kita sungguh percaya bahwa Tuhan memegang kendali hidup kita maka kita tidak perlu takut, karena di dalam kesesakan Tuhan justru akan membawa kita lebih tinggi lagi, bertumbuh naik ke ukuran iman yang lebih besar lagi, dan menghasilkan buah-buah Roh.


Yesaya 35:3-4 Kuatkanlah tangan yang lemah lesu dan teguhkanlah lutut yang goyah. Katakanlah kepada orang-orang yang tawar hati: "Kuatkanlah hati, janganlah takut! Lihatlah, Allahmu akan datang dengan pembalasan dan dengan ganjaran Allah. Ia sendiri datang menyelamatkan kamu!"


Tuhan Yesus memberkati!



 

 

 

 

 

 

 

 

 

 




Lukas 16:10-11 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?

‭‭

Mengapa kita harus setia dalam perkara-perkara kecil?

Setia adalah kemampuan untuk tidak menipu, berbohong, menutupi, atau mengkhianati, melainkan merupakan suatu keteguhan, kepatuhan, ketaatan .

Maka ketika kita dipercayakan oleh Tuhan perkara-perkara kecil apakah kita mau tanggung jawab atas hal-hal tersebut? Karena setia itu juga berarti taat melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.


Di dalam konteks ayat di atas, dijelaskan bahwa manusia cenderung menilai perkara besar itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan uang dan kekayaan dunia, di mana segala sesuatu dinilai dengan banyaknya uang atau harta kekayaan. Sehingga sadar tidak sadar perkara tentang uang seringkali dianggap sebagai segala-galanya dalam hidup ini, padahal sesungguhnya di mata Tuhan, uang itu adalah perkara kecil, sedangkan yang termasuk perkara besar adalah perkara kekekalan yaitu Kerajaan dan Kebenaran-Nya.

Tuhan Yesus berkata dengan jelas, jika kita tidak bisa dipercaya dalam perkara kecil yang adalah harta di dunia ini, mana mungkin Tuhan akan mempercayakan harta yang di Surga yang adalah suatu perkara yang besar dan kekal:


Lukas 16:12-13 “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

‭‭

Mari kita sama-sama merenungkan dengan segenap hati kepada siapa kita setia? Apakah kepada harta, atau setia kepada yang mempercayakan harta?

Ketika kita dipercaya perkara kecil yaitu, hal-hal yang berhubungan dengan uang, apakah kita sudah mempergunakannya sesuai kehendak Tuhan? adakah berkat yang diterima dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperbesar pekerjaan Tuhan atau malah dipergunakan untuk memperkaya diri, memuaskan hawa nafsu dunia, mengejar standar hidup duniawi, menumpuk dan bahkan mencintai harta di dunia?


Karena dikatakan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain artinya harta yang dipercayakan di dunia bagaimanakah harta di surga dapat dimiliki, karena setia juga berbicara tentang siapa yang kita kasihi. Mengasihi harta dunia sehingga kita jadi hamba dunia atau mengasihi Sang pemberi berkat yang adalah Tuhan Yesus dan menjadi hamba-Nya untuk memperbesar kerajaannya dengan harta yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Karena hanya dengan mengelola dengan baik apa yang dipercayakan-Nya maka kita dapat disebut setia dalam perkara-perkara kecil, barulah kemudian kita dapat dipercayakan harta yang sesungguhnya itu.


Saya berdoa biarlah saudara-saudara semakin setia dalam mengelola perkara kecil yaitu harta dunia sesuai dengan kehendak-Nya, pakailah harta yang dipercayakan-Nya untuk membesarkan kerajaan-Nya dan untuk menyelamatkan yang terhilang. Setialah dalam persekutuan dengan Tuhan, sehingga kelak Tuhan Yesus pasti akan mempercayakan perkara-perkara besar: Kerajaan dan Kemuliaan-Nya di Surga, Amiin


Matius 11:29 (TB) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Saudara tentu sering membaca atau mendengar ayat di atas, bahkan mungkin menjadikannya sebagai ayat pegangan agar senantiasa kuat dan tabah dalam mengikut Tuhan. Ayat ini dapat diilustrasikan seumpama dua lembu yang dipasangkankan kuk untuk menarik bajak bersama-sama. Lembu tua dijadikan sebagai teladan bagi lembu muda sehingga petani akan lebih cepat membajak tanah, karena lembu tua sudah lebih berpengalaman.


Dari ilustrasi tersebut Tuhan Yesus sebagai teladan menginginkan kita berjalan bersama-Nya sehingga kita tidak akan merasa berat menghadapi setiap keadaan dunia ini. Kuk yang Tuhan pasang membuat langkah kaki kita ringan dan membawa jiwa kita pada ketenangan, karena Tuhan akan menetapkan langkah-langkah kita dan bagian kita hanya taat saja. Dengan kuk yang dipasang kita juga bisa tetap dekat dengan-Nya sehingga kita akan tetap aman dalam perlindungan dan penjagaan Tuhan. Itulah sebabNya Tuhan berkata belajarlah pada-Ku sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.


Kenapa Tuhan Yesus mau kita belajar kepada-Nya? Dalam Alkitab jelas diceritakan bahwa selama 3,5 tahun masa pelayanan yang Tuhan Yesus jalani, Dia sudah membuktikan bagaimana penguasaan diri-Nya sangat kuat karena Tuhan menggantungkan seluruh hidupnya kepada Bapa di Surga. Tuhan Yesus tidak pernah mengijinkan hal-hal lahiriah menguasai dirinya. Setiap kali selesai melayani, Tuhan Yesus selalu mengambil waktu pribadi untuk berdoa, sehingga Damai Sejahtera terus ada dalam hidupnya. Bahkan di saat-saat mendekati waktu Dia harus disalibkan, dalam doanya di taman Getsemani Tuhan Yesus menyerahkan segala ketakutan dan kekuatiranNya kepada Bapa di Surga. Tuhan Yesus tidak pernah memaksakan kehendak-Nya untuk dituruti, namun memilih taat dan fokus pada apa yang Bapa di Surga kehendaki untuk Dia kerjakan.


Dari apa yang Tuhan Yesus teladankan kita bisa belajar bahwa lemah lembut bukan berbicara tentang sikap lemah gemulai atau nada suara yang lembut, tapi lemah lembut di sini lebih menekankan kepada sikap taat dan tunduk pada Kebenaran Firman, sehingga dalam bertindak, berpikir dan berbicara selalu selaras dengan Firman. Sikap demikianlah yang Tuhan Yesus tegaskan untuk kita pelajari dari-Nya. Saat kita berusaha menjalankan prinsip-prinsip Kebenaran sesuai dengan Firman, maka secara otomatis kita akan dimampukan untuk menguasai diri.


Maksudnya bagaimana? Saat kita berusaha hidup benar, terkadang kita akan mengalami tantangan seperti olok-olok, dikucilkan, dihakimi, dan banyak lagi. Roh Kudus yang ada di dalam kita akan memampukan kita untuk tetap tenang, tidak mudah merespon negatif, tidak mendendam dan tetap bersikap santun. Hal-hal seperti inilah yang dikatakan dengan lemah lembut dan rendah hati. Semuanya saling berhubungan dan semua itu bukan karena kita yang mengusahakannya melainkan Roh Kudus yang ada di dalam kita yang mengerjakannya buat kita.


Seperti Tuhan Yesus yang tidak mengijinkan ego daging manusia berkuasa atas hidup-Nya, melainkan mengosongkan diri-Nya sehingga Kasih Tuhan yang sempurna bisa terpancar secara penuh dalam setiap tindakan, perkataan dan pikiran-Nya karena Dia dan Bapa adalah satu. Tuhan Yesus sangat mengerti batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh Dia lewati. Apa yang menjadi tugas dan bagian-Nya yang Dia kerjakan saja dan selebihnya Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Bapa di Surga.


...pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku... artinya Tuhan mau kita belajar mengosongkan diri dan mengijinkan Tuhan mengisi kita dengan Kasih-Nya yang sempurna sehingga kita menjadi satu Roh dengan Tuhan saja. Mengosongkan diri artinya tidak lagi menjadikan keinginan dan kehendakku yang utaman melainkan apa yang menjadi kehendak dan keinginan Tuhan yang utama. Tidak lagi merasa kecewa atau terpuruk berkepanjangan saat mengalami penolakan akibat Kebenaran, tapi tetap bersemangat untuk terus mengerjakan Kebenaran selama itu yang Tuhan kehendaki. Dan Tuhan juga mau kita percaya bahwa semua itu tidaklah sulit asalkan kita mau taat dan rela hati sebab kemampuan akan Tuhan berikan bagi kita semua.


Saya yakin dan percaya jika kita mencintai Tuhan, maka kita akan dengan rela untuk memberikan apa yang kekasih kita sukai dan apa yang bisa menyenangkannya. Jadikanlah Tuhan sebagai Kekasih hati dan jiwamu, sebab Dia yang akan memampukan kita untuk taat dan setia. Tidak perlu memusingkan bagaimana dan akan seperti apa ke depannya. Biarkan Roh Kudus yang membimbing dan mengajar kita selangkah demi selangkah. Salam damai. Tuhan Yesus memberkati.





----

Daftar untuk menerima email warta

Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati!

  • Youtube
  • Facebook
  • Instagram
  • Whatsapp

© 2023 by Tabernacle of Prayer and Sacrifice Powered and secured by Wix

bottom of page