top of page
Logo ToPS outline PUTIH.png

HAI SION, ELOHIMMU ITU RAJA!

"Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik"

Setiap renungan yang tertulis disini adalah sebuah catatan cinta dari Tuhan (Love Notes), sebuah kesaksian bahwa Roh Kudus masih terus menopang dan mengajar anak-anak-Nya baik di masa lalu, maupun masa sekarang dan seterusnya.



Lukas 16:10-11 “Barangsiapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barangsiapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar. Jadi, jikalau kamu tidak setia dalam hal Mamon yang tidak jujur, siapakah yang akan mempercayakan kepadamu harta yang sesungguhnya?

‭‭

Mengapa kita harus setia dalam perkara-perkara kecil?

Setia adalah kemampuan untuk tidak menipu, berbohong, menutupi, atau mengkhianati, melainkan merupakan suatu keteguhan, kepatuhan, ketaatan .

Maka ketika kita dipercayakan oleh Tuhan perkara-perkara kecil apakah kita mau tanggung jawab atas hal-hal tersebut? Karena setia itu juga berarti taat melakukan apa yang menjadi kehendak-Nya.


Di dalam konteks ayat di atas, dijelaskan bahwa manusia cenderung menilai perkara besar itu adalah hal-hal yang berhubungan dengan uang dan kekayaan dunia, di mana segala sesuatu dinilai dengan banyaknya uang atau harta kekayaan. Sehingga sadar tidak sadar perkara tentang uang seringkali dianggap sebagai segala-galanya dalam hidup ini, padahal sesungguhnya di mata Tuhan, uang itu adalah perkara kecil, sedangkan yang termasuk perkara besar adalah perkara kekekalan yaitu Kerajaan dan Kebenaran-Nya.

Tuhan Yesus berkata dengan jelas, jika kita tidak bisa dipercaya dalam perkara kecil yang adalah harta di dunia ini, mana mungkin Tuhan akan mempercayakan harta yang di Surga yang adalah suatu perkara yang besar dan kekal:


Lukas 16:12-13 “Dan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain, siapakah yang akan menyerahkan hartamu sendiri kepadamu? Seorang hamba tidak dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian ia akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.”

‭‭

Mari kita sama-sama merenungkan dengan segenap hati kepada siapa kita setia? Apakah kepada harta, atau setia kepada yang mempercayakan harta?

Ketika kita dipercaya perkara kecil yaitu, hal-hal yang berhubungan dengan uang, apakah kita sudah mempergunakannya sesuai kehendak Tuhan? adakah berkat yang diterima dimanfaatkan sebagai sarana untuk memperbesar pekerjaan Tuhan atau malah dipergunakan untuk memperkaya diri, memuaskan hawa nafsu dunia, mengejar standar hidup duniawi, menumpuk dan bahkan mencintai harta di dunia?


Karena dikatakan jikalau kamu tidak setia dalam harta orang lain artinya harta yang dipercayakan di dunia bagaimanakah harta di surga dapat dimiliki, karena setia juga berbicara tentang siapa yang kita kasihi. Mengasihi harta dunia sehingga kita jadi hamba dunia atau mengasihi Sang pemberi berkat yang adalah Tuhan Yesus dan menjadi hamba-Nya untuk memperbesar kerajaannya dengan harta yang dipercayakan-Nya kepada kita.

Karena hanya dengan mengelola dengan baik apa yang dipercayakan-Nya maka kita dapat disebut setia dalam perkara-perkara kecil, barulah kemudian kita dapat dipercayakan harta yang sesungguhnya itu.


Saya berdoa biarlah saudara-saudara semakin setia dalam mengelola perkara kecil yaitu harta dunia sesuai dengan kehendak-Nya, pakailah harta yang dipercayakan-Nya untuk membesarkan kerajaan-Nya dan untuk menyelamatkan yang terhilang. Setialah dalam persekutuan dengan Tuhan, sehingga kelak Tuhan Yesus pasti akan mempercayakan perkara-perkara besar: Kerajaan dan Kemuliaan-Nya di Surga, Amiin

 

ree
Matius 11:29 (TB) Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.

Saudara tentu sering membaca atau mendengar ayat di atas, bahkan mungkin menjadikannya sebagai ayat pegangan agar senantiasa kuat dan tabah dalam mengikut Tuhan. Ayat ini dapat diilustrasikan seumpama dua lembu yang dipasangkankan kuk untuk menarik bajak bersama-sama. Lembu tua dijadikan sebagai teladan bagi lembu muda sehingga petani akan lebih cepat membajak tanah, karena lembu tua sudah lebih berpengalaman.


Dari ilustrasi tersebut Tuhan Yesus sebagai teladan menginginkan kita berjalan bersama-Nya sehingga kita tidak akan merasa berat menghadapi setiap keadaan dunia ini. Kuk yang Tuhan pasang membuat langkah kaki kita ringan dan membawa jiwa kita pada ketenangan, karena Tuhan akan menetapkan langkah-langkah kita dan bagian kita hanya taat saja. Dengan kuk yang dipasang kita juga bisa tetap dekat dengan-Nya sehingga kita akan tetap aman dalam perlindungan dan penjagaan Tuhan. Itulah sebabNya Tuhan berkata belajarlah pada-Ku sebab Aku lemah lembut dan rendah hati.


Kenapa Tuhan Yesus mau kita belajar kepada-Nya? Dalam Alkitab jelas diceritakan bahwa selama 3,5 tahun masa pelayanan yang Tuhan Yesus jalani, Dia sudah membuktikan bagaimana penguasaan diri-Nya sangat kuat karena Tuhan menggantungkan seluruh hidupnya kepada Bapa di Surga. Tuhan Yesus tidak pernah mengijinkan hal-hal lahiriah menguasai dirinya. Setiap kali selesai melayani, Tuhan Yesus selalu mengambil waktu pribadi untuk berdoa, sehingga Damai Sejahtera terus ada dalam hidupnya. Bahkan di saat-saat mendekati waktu Dia harus disalibkan, dalam doanya di taman Getsemani Tuhan Yesus menyerahkan segala ketakutan dan kekuatiranNya kepada Bapa di Surga. Tuhan Yesus tidak pernah memaksakan kehendak-Nya untuk dituruti, namun memilih taat dan fokus pada apa yang Bapa di Surga kehendaki untuk Dia kerjakan.


Dari apa yang Tuhan Yesus teladankan kita bisa belajar bahwa lemah lembut bukan berbicara tentang sikap lemah gemulai atau nada suara yang lembut, tapi lemah lembut di sini lebih menekankan kepada sikap taat dan tunduk pada Kebenaran Firman, sehingga dalam bertindak, berpikir dan berbicara selalu selaras dengan Firman. Sikap demikianlah yang Tuhan Yesus tegaskan untuk kita pelajari dari-Nya. Saat kita berusaha menjalankan prinsip-prinsip Kebenaran sesuai dengan Firman, maka secara otomatis kita akan dimampukan untuk menguasai diri.


Maksudnya bagaimana? Saat kita berusaha hidup benar, terkadang kita akan mengalami tantangan seperti olok-olok, dikucilkan, dihakimi, dan banyak lagi. Roh Kudus yang ada di dalam kita akan memampukan kita untuk tetap tenang, tidak mudah merespon negatif, tidak mendendam dan tetap bersikap santun. Hal-hal seperti inilah yang dikatakan dengan lemah lembut dan rendah hati. Semuanya saling berhubungan dan semua itu bukan karena kita yang mengusahakannya melainkan Roh Kudus yang ada di dalam kita yang mengerjakannya buat kita.


Seperti Tuhan Yesus yang tidak mengijinkan ego daging manusia berkuasa atas hidup-Nya, melainkan mengosongkan diri-Nya sehingga Kasih Tuhan yang sempurna bisa terpancar secara penuh dalam setiap tindakan, perkataan dan pikiran-Nya karena Dia dan Bapa adalah satu. Tuhan Yesus sangat mengerti batasan-batasan yang boleh dan tidak boleh Dia lewati. Apa yang menjadi tugas dan bagian-Nya yang Dia kerjakan saja dan selebihnya Dia menyerahkan sepenuhnya kepada Bapa di Surga.


...pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku... artinya Tuhan mau kita belajar mengosongkan diri dan mengijinkan Tuhan mengisi kita dengan Kasih-Nya yang sempurna sehingga kita menjadi satu Roh dengan Tuhan saja. Mengosongkan diri artinya tidak lagi menjadikan keinginan dan kehendakku yang utaman melainkan apa yang menjadi kehendak dan keinginan Tuhan yang utama. Tidak lagi merasa kecewa atau terpuruk berkepanjangan saat mengalami penolakan akibat Kebenaran, tapi tetap bersemangat untuk terus mengerjakan Kebenaran selama itu yang Tuhan kehendaki. Dan Tuhan juga mau kita percaya bahwa semua itu tidaklah sulit asalkan kita mau taat dan rela hati sebab kemampuan akan Tuhan berikan bagi kita semua.


Saya yakin dan percaya jika kita mencintai Tuhan, maka kita akan dengan rela untuk memberikan apa yang kekasih kita sukai dan apa yang bisa menyenangkannya. Jadikanlah Tuhan sebagai Kekasih hati dan jiwamu, sebab Dia yang akan memampukan kita untuk taat dan setia. Tidak perlu memusingkan bagaimana dan akan seperti apa ke depannya. Biarkan Roh Kudus yang membimbing dan mengajar kita selangkah demi selangkah. Salam damai. Tuhan Yesus memberkati.





 
  • 20 Agu 2024

Menjadi “lemah lembut dan rendah hati” berarti menjadi benar-benar tunduk pada kehendak Tuhan. Rendah hati bukanlah warisan atau sesuatu sifat yang dibawa sejak lahir, tetapi suatu proses atas kehendak Tuhan. Seringkali dalam hidup kita mengalami masalah dalam keluarga, masalah keuangan, pekerjaaan, sakit penyakit, mari kita cek apakah karena kesalahan atau kelalaian kita, atau merupakan proses dan didikan yang Tuhan sedang kerjakan dalam hidup kita untuk merendahkan hati kita dan menguji hati kita apakah hati kita sungguh mengasihi Tuhan.


Kita belajar bagaimana bangsa Israel dibawa ke padang gurun dalam kitab Ulangan, supaya mereka tidak memakai kekuatan sendiri dan mengganggap akulah/manusia yang melakukannya dan mengetahui bahwa tangan Tuhanlah yang merendahkan hati umat-Nya:


1. Dengan membawa ke padang gurun dan dicobai (diuji)

Ulangan 8:2 Ingatlah kepada seluruh perjalanan yang kaulakukan atas kehendak TUHAN, Allahmu, di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu dan mencobai engkau untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu, yakni, apakah engkau berpegang pada perintah-Nya atau tidak.

2. Membiarkan umat-Nya lapar, tetapi diberi-Nya makan manna

Ulangan 8:3 Jadi Ia merendahkan hatimu, membiarkan engkau lapar dan memberi engkau makan manna, yang tidak kaukenal dan yang juga tidak dikenal oleh nenek moyangmu, untuk membuat engkau mengerti, bahwa manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi manusia hidup dari segala yang diucapkan TUHAN.

3. Menunjukkan pemeliharaan-Nya dan mengajar sebagaimana ayah kepada anak

Ulangan 8 : 4-5 Pakaianmu tidaklah menjadi buruk di tubuhmu dan kakimu tidaklah menjadi bengkak selama empat puluh tahun ini. Maka haruslah engkau insaf, bahwa TUHAN, Allahmu, mengajari engkau seperti seseorang mengajari anaknya

Rendah hati adalah mengakui bahwa apa yg kita peroleh, apa yang kita lakukan bukanlah karena kita, tetapi oleh karena Tuhan, dan dengan bersandar kepada kehendak dan kekuatan-Nya, sebab tanpa Tuhan kita tidak bisa berbuat apa apa.

Mengakui bahwa, Tuhan yang sanggup membawa kita keluar dari segala persoalan , permasalahan, dan pergumulan kita, Tuhanlah yang memimpin kita, Tuhanlah yang memberi air bagi dahaga kita, Tuhanlah yang memberi makan sehingga kita tidak kekurangan makan, Tuhanlah yang memberi kekuatan, Tuhan juga yang membuat berhasil dan memberikan kekuatan untuk memperoleh kekayaan.


Jadi, jangan pernah kita katakan bahwa akulah yang melakukan semuanya itu, walaupun kita dalam keadaan sukses dan berhasil, janganlah kita menjadi tinggi hati dan melupakan Tuhan. Melainkan ingatlah bahwa TUHAN membuat miskin dan membuat kaya; Ia merendahkan, dan meninggikan juga, dan segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya!


Tuhan Yesus memberkati!

 

----

Daftar untuk menerima email warta

Terima kasih, Tuhan Yesus memberkati!

  • Youtube
  • Facebook
  • Instagram
  • Whatsapp

© 2023 by Tabernacle of Prayer and Sacrifice Powered and secured by Wix

bottom of page